Cinta Tak Harus Memiliki
Dear diary,
Aku sangat mencintainya diary, aku tak mau kehilangan dirinya. Aku akan tetap mencoba ngerti keadaannya sekarang. Keadaan sekarang memang beda seperti dulu, tapi tak mengapa bagiku, karna aku sangat menyayanginya.
Namaku Karra Qalesya teman-teman memanggilku Karra. Namun tidak dengan orang yang aku sayang. Dia memanggilku dengan sebutan Ara . Aku telah berpacaran dengannya sekitar 1 tahun lalu. Kami sama-sama tinggal di Jakarta. Dia bernama Agavhni Azafwa, biasa ku sebut Aga.
Kini dia memang tak seperti dulu. Perhatiannya kurang dan kami pun jarang bertemu. Aku harus mengerti posisinya sebagai Atlet Basket Ball ternama di Indonesia. Tetapi hal itu tidak mengurangi rasa cinta dan kepercayaanku kepadanya.
Dia sudah sangat jarang memanggilku dengan sebutan Ara. Dan aku sangat merindukannya. Kini dia telah jauh, sangat jauh. Malam itu, aku benar-benar sangat merindukannya, aku mencoba menghubunginya namun hasilnya nihil. Lalu aku mencoba menghubungi kakaknya, Denaz Azwa. Ku sebut kak Denaz.
“Hallo, kak Denaz ?” sapaku
“iya. Ini Karra ?” jawab seseorang di sebrang sana, kak Denaz
“Iya kak.. Ada Aga disitu ?” tanyaku
“Hmm.. Ada. Sepertinya dia tidak bisa diganggu” ucap kak Denaz
“Oh gitu ya ? Yaidah deh kak. Makasih yah” ucapku sedih
“Iya. Eh jangan dulu ditutup” ucap kak Denaz
“Kenapa kak ?” tanyaku
“Kamu kangen banget ya sama Aga ?” tanya kak Denaz
“Iya, aku kangen banget kak” jawabku
“Kakak tau kok, kakak ngerti. Yang sabar ya” ucap kak Denaz
“Iya.. Makasih sekali lagi. Nite kak" ucapku
Aku belum bisa memejamkan mata ini. Aku sangat merindukannya, inilah resiko yang harus aku terima. Aku berdoa , semoga disana dia baik-baik saja. Aku menyayanginya Tuhan, jaga dia…
Pagi ini tak ada semangat yang aku punya untuk mengawali hari. Sesampainya di kampus… Teman-temanku menghampiriku dan apakah kalian tau mereka berkata apa ? Mengapa dunia sekejam ini ? “Karra ayo baca tweet Aga semalam. Ayo baca !!” itu yang aku dengar dari mereka. “emang ada apa ? Coba sini aku lihat” DEG !! Rasanya jantung ini ingin berhenti berdetak.
RT @Agavhni_Azafwa : my girlfriend is @Vanialvina :D
Aku lemas pada saat itu. “Karra, kamu enggak apa-apa ?” Tanya Lina.. “Aku Tidak apa-apa. Hanya kepalaku terasa amat sakit.. Mungkin Aga bercanda” ujarku sambil tersenyum pada mereka.
Dikampus aku tidak seceria biasanya. Bukan hanya karna tweet Aga tadi, tapi aku sudah merasakan sakit kepala ini dari semalam… Jam pelajaran pun selesai, saatnya aku bergegas dari sekolahan ini.
Sesampainya dirumah aku langsung menghubungi Aga, namun tidak ada jawaban. Aku pun menghampirinya ditempat ia biasa berkumpul dengan teman-temanya tentunya disana ada kak Denaz juga. Badan ku memang lemas, tapi aku merindukannya.
Setibanya disana aku tak percaya dengan apa yang aku lihat, dia disana dengan seorang perempuan yang cantik. Aku merasakan guncangan hebat, aku tak kuasa menahan rasa sakit ini. Aku tak menangis disitu, namun aku sakit ! Hampir saja aku pingsan, namun kak Denaz menahan tubuhku yang tak bertenaga.. Aku mendengar salah seorang teman kak Denaz berkata “Bawa dia kerumah sakit Naz !” dan yang lain memanggil Aga berkali-kali…
“Karra.. Bangun ! Kamu tidak apa-apa kan ?” tanya kak Denaz yang terlihat panik
“Aku tidak apa-apa. Bawa aku pergi dari tempat ini kak.. Tolong !” ucapku
“Baiklah” ucap kak Denaz
Kak Denaz menggendongku masuk kemobil Sport hitamnya. Didalam mobil aku menangis. Aku ingin sekali berteriak pada semua orang. Kak Denaz memelukku dan dia menyakinkanku kalau semua baik-baik saja. Aku nyaman berada didekapannya.
Malamnya, aku tidak bisa menggerakan apapun anggota tubuhku. Aku lemas, aku hanya bisa berbaring dan menangisi kejadian siang tadi. Untuk kesekian kalinya, sakit kepala ini kembali membuatku pingsan. Dan pada saat aku membuka mata, aku sudah berada ditempat yang sangat aku benci. Aku berada di Rumah Sakit. Aku lihat seseorang berada disampingku dan sepertinya dia menangis.
“Mah, Mama kenapa ? Kok nangis?” tanya ku kepada Mama
“Mama enggak apa-apa sayang..” ucap Mama
“Mama bohong, ada apa Mah ?” ucapku
Papa ku datang dengan raut wajah yang cukup membuatku bingung.
“Ada apa sih Mah ? Pah ?” tanya ku kepada Mama dan Papa
“Maafkan Papa sayang.. Kamu yang kuat ya” ujar Papa
“Maaf untuk apa Pah ?” tanya ku
“Kamu punya kanker diotak kamu sayang. Udah stadium 3..” jawab Papa sedih
Apakah benar dunia ini memang tak adil ? Aku hanya tersenyum kepada kedua orang tuaku. Dan mereka pun mencium keningku. Rasanya aku tak ingin meninggalkan mereka didunia yang tak punya hati ini.
Sekitar 1 Minggu aku berada ditempat yang menyiksa itu.. Sampai pada akhirnya Aga menghubungiku dan mengajaku bertemu. Aku ingin sekali marah padanya, namun aku tak bisa. Aku tak mau kehilangannya Tuhan. Jam 8 malam, dia menjanjikan kami akan bertemu.
“Hallo, Karra. Maaf ya akhir-akhir ini aku enggak pernah kabarin kamu. Aku sibuk. Pasti kamu ngerti.. Dan soal kemarin.. Maafkan aku” ucap Aga
“Iya. Aku ngerti kok. Hmm.. Ada apa ngajak ketemu?” tanyaku
“Kamu tau Vania kan?” tanya Aga
“Iya, so?” jawabku
“Aku sekarang udah sama dia. Kita enggak bisa terusin semua ini” ujar Aga
“Ya, sudah aku tebak. Aku terima” ucapku
“Maafkan aku.. Jangan pernah membenciku ya” ucap Aga
“Buat apa membencimu? Justru aku menyanyangimu. Pergilah ! Bahagia dengannya” ujar ku sambil tersenyum terpaksa
Aga tersenyum dan berlalu meninggalkanku sendirian, ternyata Vania ada bersamanya namun dia tidak ikut menemuiku. Dia masuk mobil dan mereka melaju dihadapanku, tanpa tau aku hancur.. Vania tersenyum dan Aga melambaikan tanganya. Aku pun membalasnya.
Semakin dingin yang aku rasakan, pandanganku tak karuan. Gelap.. Aku tidak pingsan tapi aku jatuh dan aku tak bisa mengangkat tubuh ini ke tempat semula.
Beberapa minggu ini aku tak pernah menghubungi kak Denaz. Aku tahu dia pasti sedang sibuk dan aku tak mau mengganggunya.. Sekitar 2 Bulan, aku menghadapi semuanya sendiri.
Dear diary,
Diary.. Penyakitku ini membuat aku tidak seperti dulu lagi. Aku pusing sekali. Menurut dokter.. Umurku tinggal beberapa hari lagi. Aku bersyukur masih bisa bercerita kepadamu hari ini. Aku pasti sangat merindukanmu..
“Hallo..”sapa seseorang disebrang sana, Aga
“Ya, siapa ini ?” tanyaku
“Aku Aga. Ara ?” ucap Aga
Aku hampir saja loncat kegirangan mendengar panggilan itu, namun kondisiku lemas pada malam itu..
“Ada apa Aga?”
“Tidak. Aku hanya ingin berbagi kebahagianku kepadamu”
“Vania ? Oh iya.. Semoga langgeng ya sama dia. Udah berapa bulan Ga?”
“3 bulan. Iya, makasih ya. Ra, aku beruntung banget punya pacar kaya Vania”
“Hmm.. Dia pasti lebih beruntung punya pacar kaya kamu Ga”
“Ah kamu bisa aja. Boleh minta bantuan?”
“Sure. Apa itu?”
“Vania sebentar lagi mau ulang tahun. Aku bingung mau kasih apa”
“Oh iya, kasih Kotak Music aja Ga !”
“Ide kamu bagus juga. Iya. Siap! Makasih ya”
Belum aku menjawab dia sudah menutup teleponnya. Yasudahlah, yang penting apa yang perlu dibantu, sudah aku bantu.
Dear diary,
Diary.. Apakah dia tidak ingat? Dia pernah berjanji akan memberikanku Kotak Music.. Tapi sekarang dia akan memberikannya pada pacar barunya Diary.. Aku terluka. Aku memang bukan siapa-siapa lagi untuknya.. Namun aku masih mencintainya dan akan terus mencintainya.
Aku heran sore ini kak Denaz mengajakku bertemu ditaman dekat rumahku. Aku memang sedang tidak enak badan. Harusnya aku tidak boleh keluar rumah karena suhu badanku pun sangat tinggi.. Tapi aku bingung apa yang ingin dia katakan? Katanya hal penting. Namun aku meragukannya.. Aku sudah menunggunya 10 Menit lalu, akhirnya dia datang juga. Terlihat lebih tampan dan rapi..
“Hallo Karra” sapa kak Denaz
“Hallo kak.. Ini apa?” tanyaku
“Ini hadiah buat kamu. Terima dong !”
“Kotak Music ? Makasih kakak..” ucapku sambil tersenyum manis
“Iya. Kakak tau kok kamu suka itu”
“Hehe.. Oh iya kak, kakak mau ngomong apa?”
“Hmm.. Kakak mau bilang kalau kakak itu sayang sama kamu. Kakak mau jadi pacar kamu”
Aku terdiam.. Aku melihat ketulusan terpancar diwajahnya. Bila diingat, memang dia lebih perhatian dan peduli padaku dibanding yang lain.. Malah Aga pun tidak sebaik kak Denaz..
Namun aku tak bisa menerima cintanya. Aku tak mau menyakitinya. Aku masih mencintai Aga dan yang kedua umurku tinggal sebentar lagi. Aku tak kuasa meninggalkan kak Denaz ketika dia benar-benar mencintaiku.
“Maaf kak.. Aku gak bisa..” ucapku
“Kenapa ? Apa dihatimu masih ada Aga?” tanya kak Denaz
“Iya..”
“Aku bisa membantumu melupakannya. Jadilah miliku Karra”
“Aku sakit kak”ucapku pelan
“Apa yang kamu katakan ?”
“Aku kanker otak dan umurku tinggal menghitung hari”jawabku
“Jangan bercanda sayang. Bohong kan ?” tanya kak Denaz dengan nada tak percaya
“Aku serius kak. Kakak bisa cari yang lebih baik dari aku. Aku mau jadi adik tersayang kakak”
“Ra..”
“Selamanya kak” jawab ku tersenyum
Aku tak bisa menggenggam tangannya lagi. Nafasku tidak lagi berhembus dan detak jantungku tidak lagi berdetak. Aku tak mendengar apa yang dia katakan.. Aku telah pergi. Aku telah mati..
Dear diary,
Ketika aku sudah tiada nanti, aku ingin melihat orang yang aku sayang dan orang yang menyayangiku tersenyum bahagia. Walau aku tak berada ditengah mereka.. aku tak pernah membenci orang yang menyakitiku. Karena mereka punya hak untuk menyakiti.. Namun aku ingin mereka tau, aku sangat mencintai mereka Tuhan… Biarkan mereka bahagia disana dan biarkan aku tersenyum pedih disini. Kak Denaz…. Aga… I ♥ YOU….
Itulah tulisan terakhirku sebelum aku meninggalkan mereka.. meninggalkan semua dan meninggalkan dunia. Yang aku tau, cinta itu tak harus memiliki dan 1 lagi. Ketulusan itu Abadi. Selamanya….